JAKARTA-
Ketua Bidang Penggalangan Tani Dewan Pimpinan Nasional Relawan Perjuangan
Demokrasi (DPN-REPDEM), Sidik Suhada menilai, kenaikan harga cabe, bukan karena
cuaca, tetapi akibat ketidakmampuan pemerintah dalam membuat kebijakan yang pro
terhadap petani.
“Baru saja harga bawang turun meski belum normal, kini giliran cabai merah berangsur-angsur merangkak naik,” katanya kemarin.
Menurut
Sidik, meski kenaikanya belum segila harga bawang putih beberapa pekan lalu,
namun rata-rata harga cabai di pasaran terus merangkak naik antara Rp 3.000
hingga Rp 4.000 setiap harinya. Bahkan di beberapa daerah, harga cabe sudah
naik hingga 100 persen.
Beberapa hari lalu, harga cabai masih Rp 20.000 per kilogram, kemarin sudah mencapai Rp 40.000 per kilogramnya. Saat ini cabe rawit dijual seharga Rp 40.000 sampai Rp 55.000 per kilogram. Sedang harga cabe hijau masih stabil dikisaran harga Rp 16.000 per kilogram. Selain cabe, harga tomat juga naik dari Rp 5.000 menjadi Rp 9.000 tiap kilogramnya di pasaran.
“Ya
kalau kita lihat fluktuasi harga bahan pangan dan hortikultura yang tidak
setabil ini, tentu sangat mengkawatirkan. Ini juga sekaligus menunjukan ketidak
mampuan pemerintah dalam mengatur stabilitas harga bahan pangan dalam negeri,”
ujarnya.
Menurut dia, kerapkali ketika harga cabe atau bahan-bahan pangan di pasaran, pemerintah hanya bisa menyalahkan cuaca. Lebih parahnya lagi, pemerintah juga sering hanya menyalahkan petani. Namun, tidak mengotokritik kebijakan yang telah dibuatnya.
“Cuaca
memang dapat mempengaruhi produktifitas hasil pertanian. Namun, jika pemerintah
cerdas tentu bisa mengantisipasinya. Selama ini petani seperti hidup di sebuah
negara yg tanpa pemimpin dan tanpa pemerintah,” tegas Sidik.
Akibatnya,
cara produksi pertanian yg dilakukan oleh petani masih tradisional. “Seharusnya
pemerintah punya kebijakan yang dapat mendorong modernitas produksi pertanian
kita,” tambahnya.
Sidik mengurai, penyuluhan dan pelatihan-pelatihan terhadap petani harus digencarkan. Balai-balai penelitian pertanian, balai penyuluhan, green house, dan berbagai infrastruktur pendukung seperti irigrasi dan lain-lain diutamakan.
“Ini dilakukan agar para petani tidak lagi
bergantung pada persoalan cuaca. Sistem distribusi hasil produksi pertanian
juga harus diperhatikan secara serius.Jadi selama ini, pemerintah seperti tidak
berdaya dalam menghadapi mafia perdagangan. Sehingga stabilitas harga kebutuhan
pangan menjadi sangat mudah diguncang dan dimainkan oleh para mafia perdagangan
yang berkolaborasi dengan para birokasi rente,” pungkasnya. (li/mar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar