Kamis, 16 Mei 2013

Penaikan Harga BBM Dinilai Sebagai Kebijakan Tidak Pro Rakyat


MALANG-Kebijakan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang ditandai dengan pembatasan BBM dikhawatirkan bisa melumpuhkan aktifitas ekonomi.

Ketua Gerakan Nasional Desa Sejahtera Sidik Suhada mengatakan pembatasan BBM subsidi untuk sepeda motor 0,7 liter per hari dan mobil dijatah 3-5 liter per hari, menunjukkan kebijakan yang tidak pro rakyat.

“Kebijakan tersebut akan dimulai setelah semua kendaraan di pasang Radio Frequency Identification (RFID),” kata Sidik Suhada, Kamis (16/5/2013).

Pemerintah mengklaim bahwa pembatasan tersebut sudah sesuai dengan hasil riset.

Menurutnya hasil riset tersebut patut dipertanyakan. Dalam hal ini kepada siapa pemerintah melakukan riset. Kalau yang diteliti para pegawai negeri sipil (PNS) yang tidak produktif  bisa jadi dalam satu hari menggunakan bensin untuk motor 0,7 liter.

Pencabutan subsidi BBM untuk rakyat akan diganti dengan beras untuk rakyat miskin (raskin), bantuan siswa miskin (BSM), dan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM).

Namun kompensasi itu diragukan efektifitasnya, karena pencabutan subsidi BBM diprediksikan berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya.

“Sementara kompensasi yang diberikan pemerintah hanya sebesar Rp300.000 per bulan, jauh dari kebutuhan ideal rakyat kecil,” ujarnya.  (wd)