MALANG, KOMPAS.com -
Lahan pertanian di Kota Malang, Jawa Timur, telah menyusut akibat menjamurnya
pembangunan fisik seperti perumahan. Kini luas lahan pertanian di Kota Malang
tinggal 1.282 hektare. Kondisi itu menyebabkan menurunnya hasil produksi
beras sehingga Kota Malang kini kekurangan beras.
Menyusutnya lahan pertanian itu harus segera diantisipasi, agar bisa
mencukupi kebutuhan rakyantanya yang berjumlah kurang lebih 890 ribu orang. Hal
itu dikatakan Wali Kota Malang Peni Suparto pada acara Gerakan Diversifikasi
Pangan, di Malang, Kamis (11/4/2013). "Antisipasinya, harus melakukan
diversifikasi pangan untuk mengubah mindset masyarakat," jelas Peni.
Makanan pokok, jelas Peni, tak hanya nasi. Singkong dan jagung juga bisa
menjadi makanan pokok. "Swasembada pangan harus dilakukan agar Kota Malang
tidak bergantung ke beras yang harus dibeli dari daerah luar Kota Malang,"
katanya.
Menurut Peni, lahan pertanian di Kota Malang semakin menyusut. Ancaman yang
telah terjadi kekurangan beras. "Saat ini Kota Malang sudah kekurangan
beras. Kebutuhan beras Kota Malang mencapai 167.000 ton per tahun. Sementara,
produksi beras hanya 73.000 ton dengan lahan seluas 1.282 hektar. Jadi, Kota
Malang membutuhkan tambahan 94.000 ton beras, yang harus dibeli dari luar Kota
Malang," katanya.
Diversifikasi pangan di Kota Malang bisa dilakukan dengan cara mengubah
konsep dasar pemikiran masyarakat untuk mengurangi konsumsi beras. Sebab masih
ada bahan makanan pengganti beras yang tidak kalah kandungan gizi dan
karbohidratnya.
"Kita akan menggalakkan dan memperkenalkan konsumsi beras cerdas.
Beras cerdas itu bahan bakunya dari tepung singkong yang gizinya tak kalah
dengan nasi," beber Peni.
Pada 2013, Pemerintah Kota Malang akan mencoba mulai memproduksi dan
memperkenalkan beras cerdas yang diproduksi produsen asal Blitar dan bekerja
sama dengan Universitas Jember.
Dalam kesempatan yang sama, produsen beras cerdas asal Blitar, Hendro
Wahyudi, mengungkapkan, Kota Malang merupakan salah satu target wilayah
pemasaran beras cerdas pada 2013. "Kami harap beras cerdas bisa memantu
program diversifikasi pangan yang digalakkan oleh pemerintah," katanya.
Beras cerdas jelas Hendro, baru diproduksi dan dikembangkan di awal 2013.
Saat ini sudah dipromosikan di sejumlah daerah di Jawa Timur. "Beras
cerdas ini, harganya sama dengan beras biasa, namun manfaat gizinya lebih
banyak karena tidak mengandung kolesterol," kata Hendro.
Dari data yang dimiliki Dewan Pimpinan Nasional Relawan Perjuangan
Demokrasi (DPN-Repdem), lahan pertanian di Kota Malang terus menyusut.
Menurut Ketua DPN Repdem Bidang Penggalangan Tani, Sidik Suhada, alih
fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian di Kota Malang sudah sangat
memprihatinkan. Padahal pada 2007 luas lahan pertanian di Kota Malang masih
sebesar 1.550 hektare atau terus menyusut menjadi 1.400 hektare pada 2009, dan
2012 tinggal 1.300 hektare.
"Penyusutan lahan pertanian ini cukup membahayakan dan harus segera diantisipasi,"
harapnya.
Editor :
Kistyarini
Kamis, 11 April 2013 | 14:44 WIB